Moke adalah minuman khas orang Flores. Ada moke putih dan hitam. Moke putih adalah nira hasil sadapan dari pohon lontar atau pohon enau. Moke putih akan manis rasanya bila wadah tampungan bersih. Biasanya bambu berukuran seruas di cuci bersih dan dikeringkan kemudian digantungkan pada ujung mayang yang telah di jepit atau di pukul-pukul kemudian dipotong ujungnya. Akan kelihatan ada cairan bening menetes dari ujung mayang. Itulah moke putih. Moke putih yang manis dapat dimasak dan dijadikan gula merah. Sedangkan moke putih yang diminum sebagai teman makan adalah moke yang ditampung dengan wadah bambu yang tidak bersih sehingga terjadi peragian. Dan rasa minuman agak pahit. Moke putih sejenis ini ada yang langsung diminum, tetapi lebih banyak digunakan untuk dimasak atau disuling dan menghasilkan moke hitam atau tuak.

Moke hitam sesungguhnya tidak hitam. Warnanya seperti air putih dan agak kuning. Ini adalah hasil sulingan dari moke putih. Moke putih disuling di Kuwu tua (saung penyulingan tuak). Orang Flores selalu menikmati tuak bila ada pesta. Tidak ada pesta tanpa tuak. Tuak sudah menyatu dengan pesta. Makan daging tanpa tuak terasa hambar dan kekurangan. Tuak membuat rasa komplit. Moke diolah dari sari enau atau tuak. Biasanya dimasak di rumah-rumah khusus atau pendopo-pendopo di kebun-kebun milik warga secara tradisional dengan pengetahuan turun-temurun. Moke bernilai sosial dan bisa menjadi wahana pemersatu warga dan juga keluarga-keluarga yang mungkin berseteru. Namun, di samping itu moke yang kebanyakan dikonsumsi bisa merangsang orang untuk mengkhianati dunia sosialnya dalam keadaan tak sadar, bahkan menghancurkan semua bangunan komunikasi yang sudah dibangun. Moke bernilai ekonomis. Masyarakat bisa menambah penghasilan rumah tangganya dengan bisnis moke kecil- kecilan. Namun, moke juga bisa membawa kehancuran ekonomis bagi

orang yang terlalu banyak mengonsumsinya. Orang yang kecanduan hanya akan berpikir untuk membeli moke dan terus membeli moke. Moke membantu identifikasi diri individu dewasa. Setiap pemuda dewasa pasti menegak secangkir-dua moke dalam urusan-urusan adat dan dengan demikian bisa mengambil bagian secara penuh dalam kultur. Serentak moke juga menjadi sarana yang dibawa dalam penyelesaian berbagai persoalan dalam adat- istiadat orang Sikka bahkan Flores dan NTT umumnya. Beberapa tempat moke yang direferensikan di daerah Sikka: Moke Hokor, berasal dari wilayah sekitar Hokor, Pomat dan arah Selatan-Timur Kabupaten Sikka. Wilayah-wilayah ini masuk dalam Kecamatan Bola. Moke Wairhubing, beberapa ratus meter sesudah terminal Barat Kota Maumere, dekat dengan Lokaria dan Depot Pertamina Bolawolon. Moke yang diolah di sini bisa diramu lagi dengan beberapa ramuan tradisional semisal ginseng, kerangka anak rusa, tangkur

buaya dan lain-lain tergantung apa- adanya. Moke Kubu wilayah Nita, Koting, Nele, Tebuk, Bloro dan Kei. Moke jenis ini dimasak di kebun- kebun dan tempat minumnya berupa tempurung yang bocor bagian bawahnya sehingga setiap orang yang ingin menikmati hangatnya moke bisa langsung meminum sebelum isi dalam tempurung habis. Moke mungkin tidak bisa dilepaspisahkan dari kultur Sikka dan NTT umumnya. Yang bisa dibuat adalah meningkatkan kontrol diri dan kewaspadaan ketika minum moke. Jika Anda ke Maumere, jangan lupa minum moke. Cukup setengah gelas saja, biar Anda bisa menjadi saudara/i orang Maumere yang penuh hospitalitas itu.

3 komentar:

  1. salam kenal


    http://blogkoka.blogspot.com/2015/06/belanja-online-di-elevenia-semakin-seru.html

    BalasHapus

Terimakasih Atas Kunjungan Sahabat
- Berkomentarlah Yang Sopan
- Tidak Diperkenankan Memasukan Link Aktif Pada Isi Komentar
- Berkomentarlah Sesuai Dengan Content